Bismillah...
1. Hargai isterimu sebagaimana engkau menghargai ibumu, sebab isterimu juga seorang ibu dari anak-anakmu.
2. Jika marah, boleh tidak berbicara dengan isterimu, tapi jangan bertengkar dengannya (membentaknya, mengatainya, memukulnya).
3. Kantung rumah adalah seorang isteri, jika hati isterimu tidak
bahagia, maka seisi rumah akan tampak seperti neraka (tidak ada canda
tawa, manja, perhatian),maka sayangi isterimu agar dia bahagia dan kau
akan merasa seperti disurga.
4. Besar atau kecil gajimu, seorang
isteri tetap ingin diperhatikan. dengan begitu, maka isterimu akan
selalu menyambutmu pulang dengan kasih sayang.
5. 2 orang yang
tinggal 1 atap (menikah) tidak perlu gengsi, bertingkah, siapa menang
siapa kalah. karena keduanya bukan untuk bertanding melainkan teman
hidup selamanya.
6. Di luar banyak wanita idaman melebihi
isterimu,namun mereka mencintaimu atas dasar apa yang kamu punya
sekarang, bukan apa adanya dirimu,saat kamu menemukan masa sulit, maka
wanita tersebut akan meninggalkanmu dan punya pria idaman lain
dibelakangmu.
7. Banyak isteri yang baik,tapi diluar sana banyak
pria yang ingin mempunyai isteri yang baik dan mereka tidak
mendapatkannya. mereka akan menawarkan perlindungan terhadap
isterimu,maka jangan biarkan isterimu meninggalkan rumah karena
kesedihan, sebab ia akan sulit sekali untuk kembali.
8. Ajarkan anak laki-lakimu bagaimana berlaku terhadap ibunya, sehingga kelak mereka tahu bagaimana memperlakukan isterinya.
*) Bila bermanfaat boleh disebarkan!!! Terima kasih.
Romantis itu...
Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri
terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan
suaminya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.
Romantis itu…
Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu
sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak
ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi
pemenang; lebih baik dari dunia seisinya.
Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik
mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang… kami lebih
siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal”
Romantis itu…
Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di
waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup
dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati
kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan
perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah
perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”
Romantis itu…
Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi
istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari
lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak
pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya,
“Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”
Romantis itu…
Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera
pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri
merindukan belahan jiwanya tiba.
Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.
Romantis itu…
Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan
bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di
pundak mendadak menghilang, terbang.
Romantis itu…
Ketika
syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menu sederhana, nikmat
begitu terasa, keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.
Romantis itu…
Ketika suami istri kompak mengajar anak mengaji. Meski telah ada TPQ,
sang ayah dan sang ibu tidak berlepas diri dari tanggung jawab mencetak
generasi Rabbani. Kelak, merekalah yang mendoakan sang orang tua, saat
perpisahan selamanya telah tiba masanya.
Romantis itu…
Ketika
sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah. Untuk mengaji, atau
aktifitas dakwah.Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya,
juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya...,
بارك الله فيكم
Bismillah...
Suatu hari...
Seorang anak gadis bertanya kepada ibunya:
“Ibu, ajarkan anakmu ini untuk memilih pasangan hidup?”
Si ibu tersenyum, dan dengan bijak menjawab,
“Anakku , jangan kau
menikahi seorang lelaki hanya Karena ketampanannya, kelak akan kecewa,
Karena ia pasti akan tua. Nak, jangan pula memilihnya hanya dia
dikagumi banyak wanita, Karena kau belum tahu apa kekurangannya. Tidak
pula Karena kekayaan atau Karena nasabnya, Karena kekayaan tidak pernah
kekal, nasab tidak menjamin kemuliaan dirinya.”
“Nak, pilihlah si dia Karena akhlaknya yang mulia.
Pilihlah dia Karena imannya.
“Bu, bagaimana ingin tahu dirinya akan membuatku bahagia, padahal belum
tentu dia kaya, tampan, terkenal?” Tanya sang anak lagi.
“Nak,
ketampanan dan kecantikan ada pada hati yang merasa. Kaya ada pada hati
yang Qonaah. Terkenal di hadapan manusia belum tentu mulia di
hadapan-Nya.”
“Perbaikilah akhlakmu, perbaharuilah niatmu, kuatkan imanmu, perbanyak amalmu…
Lalu jika hari itu tiba…
Terimalah pemuda yang berani melamarmu. Setidak-tidaknya dia berniat
baik kepadamu, bukan menggodamu. Namun Karena keinginannya menjaga
kesucian cinta. Kau tentu boleh memilih, namun ingatlah, jika kau
alihkan cintamu pada harta, ketampanan, juga keturunannya, maka kamu
pasti akan kecewa. Kerana boleh jadi itu hanya topeng darinya.”
“Istikharahlah..
Dan.. Jika pilihanmu mantap padanya…
Menikahlah nak, Karena itu adalah sebaik-baik penawar fitnah kau akan
rasakan kebahagiaan Karena memenangkan Allah dalam pilihanmu.
Rasailah cinta bersamanya…
Kelebihannya membuatmu tersenyum bahagia…
Kekurangannya akan menjadi bibit-bibit cinta di antara kalian..
Karena kalian tercipta untuk saling mengisi…
Saling memperbaiki akhlak..
Semangati langkahnya, kukuhkan semangat juangnya.
Harungi bahtera rumah tangga dengan senyum ceria.
Kelak didiklah anak-anakmu untuk menjadi pejuang yang setia pada cinta yang Mulia.
"Barang siapa
menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah
ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR.
Thabrani dan Hakim).
Di samping itu Allah akan melipatkan pahala kita jika kita sudah berumah tangga..
Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik,
daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu
Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)
Bismillah
☞ salahnya istri belum tentu kekurangan istri | bisa jadi suami yang lalai membimbing
☞ bila istri bermaksiat itu tanggungan suaminya, karena dia pemimpin | bila suami bermaksiat maka itu tanggungannya, karena dia pemimpin
☞ ada suami bermaksiat lalu salahkan istrinya | bahwa maksiatnya terjadi
karena kesalahan istrinya | bagi saya sikap begitu kekanak-kanakan
☞ "aku bermaksiat diluar karena tidak menemukan ketenangan dirumah" | bukannya tugasmu memandu istrimu agar dapat menenangkanmu?
☞ "aku berselingkuh karena dirumah istri ngomel melulu" | diomelin lalu
selingkuh atau selingkuh lalu diomelin? alasan lagi, lagi alasan
☞ tiada istri yang sempurna | itulah Rasul ajarkan cara "menundukkan
istri" | yaitu dengan ketaatan, kesabaran, bimbingan dan kasih sayang
☞ penuhi hak badan dan penuhi hak pengajaran baginya dengan cinta | istri
mana yang tidak membalasnya dengan cinta yang lebih nyata?
☞ tuntun istri untuk menaati dan mematuhi Allah dan Rasul-Nya | agar dia
bisa taat dan patuh pada suami karena Allah dan Rasul-Nya
☞ boleh jadi ada banyak kebaikan lain pada istrimu | namun luput dari pandanganmu | karena engkau lalai mengajarinya taat
☞ istri tidak selalu salah, suami tidak selalu benar | namun selama suami
benar, insyaAllah istri mengikuti | karena suami itu pemimpin
✿Lebih lengkapnya....Seuntai Nasehat Untuk-ku dan untuk-Mu...Saudariku Muslimah✿
Hijabku adalah kehormatanku, tanpa hijab itu
maka kehormatan itu tidak ada padaku, aku laksana telanjang meski aku
telah memakai pakaian, meski telah berjilbab gaul, sama saja tetap
telanjang tanpa hijabku yang syar'iy.
Hijabku bukanlah tontonan, bukan barang yang akan aku pamerkan, maka
hijabku itu tidak bermotif-motif atau bergaya-gaya agar terlihat modis
dan menawan, hijabku itu menyembunyikan diriku dari pandangan manusia,
bukan malah menarik perhatian mereka, hijabku melindungi aku dari bahaya
dan keburukan pandangan manusia, insyaAllah aku akan selalu aman
dengannya.
Hijabku bukanlah mengikuti trend yang sedang
berkembang, yang hari ini dipakai kemudian besok dilepas, hijabku adalah
ketaatanku kepada Allah Ta'ala, sebagai bukti ketundukan dan cintaku
kepadaNya.
Hijabku bukan barang eksperimen dan kreativitas,
yang didesain begini dan begitu untuk inovasi dalam berhijab, telah ada
suri tauladan yang baik, para ummahatul mu'minin radhiyallahu 'anha
dalam mengenakannya.
Hijabku bukan perhiasan bagiku, yang
kemudian aku berbangga memakainya namun berfoto-foto dan menyebarkan
foto itu ke khalayak ramai, agar dilihat diriku telah berhijab, padahal
aku telah berusaha menutupi diriku, wallahul musta'an.
Hijabku
bukan untuk berbangga diri dengan membentuk segala "geng" hijabers atau
yang lainnya. Meski aku bangga memakainya, itu kebanggaanku sebagai
seorang muslimah.
Hijabku bukanlah tanda eksklusifitas diriku,
aku tetap menjaga pergaulanku dengan tetanggaku dengan pergaulan yang
baik, menyampaikan salam kepada mereka dan membantu jika mereka
membutuhkan aku, dengan hijabku aku memberikan rasa aman kepada mereka
bahwa aku bukanlah penggemar ghibah dan namimah, dengan hijabku aku
berusaha menasihati dan memberikan contoh akan kemuliaan Islam bagi
pemeluknya.
Hijabku bukanlah barang yang menakutkan, bukan
citra kekerasan, namun didalamnya terdapat ketaatan dan keikhlasan dalam
menjalankan perintah Rabb-ku, mutiara yang indah berkilau hanya
ditemukan di dalam cangkang kerang yang gelap di dasar lautan, emas dan
permata hanya di temukan di kedalaman tanah yang gelap gulita.
Dibalik hijab yang tebal dan gelap itu terdapat cinta kepadamu wahai
saudari-saudari ku, cinta karena Allah, maka aku tidak ridha engkau
mengumbar auratmu demi mendapatkan secuil pandangan kagum yang hina dan
penuh syahwat, atau sedikit pujian licik penuh kepalsuan.
Hijabku senantiasa selalu bersamaku ketika aku keluar dari istanaku,
jika memang aku harus keluar dan tidak ada yang mewakili aku, hijabku
memerintahkan kepada semua mata lelaki yang bukan mahramku, agar mereka
mengalihkan pandangan mereka dariku, tundukkan pandangan itu, aku
bukanlah milikmu, bertaqwalah kepada Allah dan berpalinglah dariku.
[Andi Abu Hudzaifah Najwa]
======================
Hijab syar'i itu:
-menutup seluruh aurat,
-lebar, longgar, sederhana,
-tidak tipis/transparan
-warna tidak menggoda
-tidak kelihatan seksi atau menggoda,
-tidak memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh,
-tidak dihias-hias,
-tidak memancing syahwat bagi yang melihat
Semakin dalam pemahamannya, semakin sederhana pula penampilannya..
Karena sungguh hijab itu untuk meraih ridha Allah, bukan decak kagum
khalayak.
==================
syarat hijab syar'i:
Hijab yang benar itu pakaiannya LONGGAR dan LEBAR,
tidak sempit/ketat,
tidak memperlihatkan lekuk tubuh,
tidak terlihat seksi dan menggoda,
tidak transparan (tembus pandang)
BUKAN membungkus KETAT seperti LONTONG,
Sumber : Dokter Muslim
Silahkan dishare jika bermanfaat
============
Mungkin judul diatas aneh, tidak masuk akal dan yang pasti kita akan
bertanya-tanya apakah benar ini terjadi? bagaimana mungkin seorang
penghafal Al Qur’an kesurupan? Bukankah bacaan Al Qur’an yang ia baca
dapat menjadi benteng pelindung dari segala gangguan jin, makhluk halus
atau pun sihir? Kisah ini nyata, bukan rekaan atau karangan saya. Kisah
nyata ini sangat penting untuk kita renungkan dan kita ambil pelajaran
dibalik kejadian ini.
Pada pertengahan tahun 2004, kami beserta tim
ruqyah mengadakan ruqyah massal di salah satu masjid besar di Surabaya.
Setelah sesi ceramah, penjelasan dan tanya jawab selesai, maka
dimulailah sesi terapi massal. Terapi massal in bertujuan agar
masyarakat mengerti bagaimana sebenarnya teknis pelaksaan ruqyah yang
sesuai dengan syari’at Islam.
Ruqyah dimulai…bacaan Al qur’an terus
dikumandangkan dengan nyaring. Saat itulah ada salah satu peserta,
wanita, yang hadir tiba-tiba berteriak-teriak kesakitan saat
mendengarkan ayat-ayat al Qur’an dibacakan. Bahkan reaksinya cukup
keras. Maka beberapa peruqyah mendekati wanita tersebut untuk melakukan
terapi lebih intensif. Beberapa orang yang hadir ternyata mengenali
wanita tersebut dan mereka menyatakan bahwa wanita tersebut adalah
seorang Hafidzoh (Hafal Al Qur’an). Betapa terherannya kami mendengar
penjelasan salah seorang yang hadir tersebut.
Terapi tetap
dilanjutkan dan dengan sedikit keras kami “siksa” jin tersebut dengan
membacakan terus ayat-ayat AlQu’an terutama ayat-ayat tentang azab
neraka. Ditengah terapi dan “siksaan” yang kami lakukan, salah seorang
peruqyah bertanya pada jin yang sedang beraksi tersebut. Bagaimana kamu
bisa masuk dalam tubuhnya, padahal dia hafal Al Qur’an? Jin itu menjawab
melalui lisan wanita tersebut,”saya sudah lama menunggu untuk bisa
masuk dalam tubuhnya, saya masuk dalam tubuh perempuan ini saat dia
minum dengan tangan kiri.”
Subhanalloh…saat itulah semua tertegun.
Maha Benar Alloh dan benar pula sabda Nabi-NYA yang mulia, Muhammad saw.
Bukankah telah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW melarang keras makan dan
minum dengan tangan kiri? Bahkan beliau pernah sangat marah pada salah
satu sahabat yang minum dengan tangan kiri? Mungkin inilah salah satu
hikmah mengapa kita perlu menjalankan setiap ajaran islam, inilah salah
satu hikmah mengapa Islam sangat detail dalam mengatur urusan manusia
bahkan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, Islam memberikan panduan yang sangat rinci.
Mungkin tidak terlalu penting bagaimana kelanjutan terapinya, yang
jelas terapi tetap dilanjutkan sampai selesai. Ada hal yang jauh lebih
penting untuk kita renungkan dan kita ambil pelajaran dari peristiwa
diatas, diantaranya :
setiap orang bisa dan sangat mungkin bisa diganggu oleh makhluk halus.
setiap ajaran Islam selalu bermanfaat bagi ummatnya, meskipun mungkin kita tidak pernah tahu apa manfaat sebenarnya dari setiap perintah dan ajaran dalam Islam itu.
Setiap perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, dosa, dan kemaksiatan tidak hanya mendatangkan bencana akhirat berupa siksa neraka. Tetapi juga bencana di dunia, berupa musibah dan kesulitan.
Ternyata kekeliruan, dosa yang kita lakukan dapat mendatangkan musibah,
bencana, cobaan dalam kehidupan kita di dunia, meski kita tidak
menyadarinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa
mengevaluasi diri, mungkin gangguan jin, kesurupan, kesulitan hidup yang
menimpa diri kita, musibah yang datang bertubi-tubi, masalah yang
menumpuk dalam pikiran kita, tidak tenangnya kehidupan rumah tangga,
hajat dan doa yang tidak pernah terkabul, mungkin disebabkan kekeliruan,
dosa yang pernah kita lakukan, mungkin kita terlalu sering mengabaikan
perintah-NYA. Dan kita belum pernah bersungguh-sungguh untuk bersimpuh
memohon ampun pada-NYA.
======================
Semoga jadi nasehat yang bermanfaat bagi ana dan bagi kita semua...
Sumber : One Day One Juz
♥..Bismillah..♥
Wahai Saudariku yang mengaku bahwa anda muslimah... ketahuilah bahwa:
✿ Hijab itu adalah kemuliaan, maka wanita manapun yang melepaskan hijab
dari dirinya, maka ia melepaskan kemuliaan dan menggantinya dengan
kehinaan.
✿ Hijab itu adalah kesucian,
maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia
melepaskan kesucian dan menggantinya dengan kekotoran.
✿ Hijab itu
adalah pelindung, maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari
dirinya, maka ia melepaskan perlindungan akan dirinya dan menggantinya
dengan kerusakan kehormatannya.
✿ Hijab itu adalah taqwa, maka wanita
manapun yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia melepaskan ketaqwaan
akan dirinya dan menggantinya dengan kemaksiyatan kepada Robb-nya.
✿ Hijab itu adalah iman, maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari
dirinya, maka ia melepaskan keimanan kepada Robb-nya dan menggantinya
dengan pengingkaran.
✿ Hijab itu adalah rasa malu, maka wanita manapun
yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia menanggalkan rasa malunya
dan menggantinya dengan perbuatan yang memalukan.
✿ Hijab itu adalah
cemburu, maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia
telah membuat kerusakan yang besar pada kaumnya.
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Ulama berbeda pendapat tentang hukum membaca shalawat ketika tasyahud awal.
Pendapat pertama, wajib membaca shalawat ketika tasyhud awal.
Ini adalah pendapat kedua Imam As-Syafii sebagaimana yang beliau tegaskan dalam kitab Al-Umm.
Imam As-Syafii bahkan menegaskan, orang yang tidak membaca
shalawat ketika tasyahud awal karena lupa maka dia harus sujud sahwi. (al-Umm, 1/110).
Pendapat ini juga dipilih Ibnu Hubairah Al-Hambali sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Al-Ifshah, Imam Ibnu Baz dalam Fatwa beliau, dan Imam Al-Albani dalam sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pendapat kedua, ketika tasyahud awal hanya membaca bacaan tasyahud sampai dua kalimat syahadat dan boleh tidak ditambahi shalawat. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, diantaranya An-Nakhai, As-Sya’bi, Sufyan Ats-Tsauri, dan Ishaq bin Rahuyah. Pendapat ini yang lebih kuat dalam madzhab Syafiiyah, dan pendapat yang dipilih Ibnu Utsaimin.
InsyaaAllah, pendapat kedua inilah yang lebih kuat, karena beberapa pertimbangan,
- Makna zahir dari hadis di atas, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengajarkan bacaan tasyahud, dan bukan shalawat
- Kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk ringan ketika tasyahud awal, sebagaimana keterangan Ibnul Qoyim dalam Zadul Ma’ad (1/232)
- Terdapat hadis yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca tasyahud dalam duduk tasyahud awal dan beliau tidak berdoa.
menahan serta mencoba ertahan dengan semua beban yang menghimpit.
Entah mengapa, hari ini tak seperti biasanya, seperti bukan diriku yang kukenal.
Aku merasa diri ini berkecil hati, seakan memulai aksi unjuk rasanya…
menentang semua rutinitas yang selama ini aku lakukan, rutinitas yang aku bangun dengan keoptimisan…meski tak memungkiri terkadang hati menjerit, kesal, mencibir dan mengumpat betapa menyedihkannya hidup ini. ‘Inikah titik lemahku? titik terendahku?
Ya Allah, bantu aku… . Aku ingin terus bertahan! Aku ingin tetap berjuang…
Ya Allah,, Aku Lelah ! terasa tidak mudah perjalanan yang aku tapaki..
perjalanan untuk menuju mimpiku dan untuk membahagiakan orang tuaku..
Berat terasa ketika kaki ini melangkah, banyak kerikil-kerikil terhampar di setiap perjalanan..
badai pun terkadang datang menerpa..membuat hati ini goyah.. ingin berhenti dan MENYERAH…
“Ya Allah! aku hanya hambaMu yang hina.
Aku tidak bisa berbuat apapun kecuali mengharap hanya kepadaMu.
Jika aku menangis, bukan karna aku tidak ridha dengan takdir dan ketentuanMu,
bukan karena aku terluka dengan ujianMu,
bukan juga karena aku berkecil hati denganMu.
Sedang aku hanya seorang hambaMu yang lemah.
Yang tidak punya apapun selain tangisan dan air mata, yang menemani setiap duka dan sakitku.
“Ya Allah! Tangis ini adalah pengobat dukaku.
Air mata ini adalah teman yang paling memahami akan diriku.
Aku hanyalah seorang hamba yang lelah dalam perjalananku ini.
Aku sangat penat ya Allah, Penat untuk menangisi segalanya …
Ampunilah aku ya Allah jika aku tidak beradab denganMu.
Jika aku ini hambaMu yang tidak tahu berbudi dan tidak pandai bersyukur padaMu.”
“Ya Allah, jadikanlah kesusahan dan ujian ini sebagai pembinaan untuk aku lebih akrab denganMu, lebih mengharap padaMu dan lebih memerlukanMu pada segenap waktu.
Janganlah derita dan kesakitan ini membuatkan aku jauh daripadaMu.”
“Aku ridha ya Allah dengan tadirMu ini.
Aku terima ini dengan sepenuh jiwa dan ragaku!
Aku tidak pernah bersangka buruk padaMu, .
Jika di dunia ini terlalu banyak tangisan untukku,
andai di dunia ini begitu banyak derita buatku,
andai di dunia ini tiada kebahagiaan untukku,
Kau gantilah segalanya itu dengan keindahan syurgaMu di sana.”
Ya Allah, biarlah hati ini yang menatanya,
Biarlah mulut ini tetap terkunci agar ia tak menyalahkan keadaan,
agar ia tetap menatap jauh bahwa ia pasti mampu menghadapinya.
sebuah senyum penyemangat bahwa Engkau sungguh Maha Bijaksana telah menempatkan pada posisi yang sulit…Hingga pada akhirnya nanti aku kan tumbuh menjadi seseorang yang lebih baik lagi, lebih bermanfaat dan lebih tangguh dari aku hari ini…
Hukum memberikan ucapan selamat hari raya
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Tidak ada yang melarang manusia untuk beribadah. Sampaikan dia dalam
kondisi berhalangan karena haid atau nifas. Karena bagian dari sifat
Pemurahnya Allah, Dia syariatkan beraneka ragam jenis ibadah bagi
hamba-Nya. Diantara hikmah adanya hal ini,
- Mereka bisa melakukan banyak ketaatan kepada Allah secara bergantian. Sehingga bolak-baliknya manusia, selalu dalam keataatan kepada Allah.
- Manusia tidak bosan karena melakukan satu jenis ibadah.
- Bagi orang yang berhalangan ibadah tertentu, dia bisa melakukan ibadah lainnya.
Mendengarkan kajian islam, atau mendengarkan bacaan (murattal) al-Quran, terasuk ibadah. Dan mendengarkan kajian atau murattal, tidak disyaratkan harus suci dari hadats besar maupun kecil. Orang bisa melakukannya sekalipun dalam kondisi haid atau nifas.
Bagaimana jika di masjid?
Bagian ini yang diperselisihkan ulama. Mayoritas ulama melarang wanita haid duduk lama di masjid, meskipun untuk kajian islam. Sementara sebagian ulama membolehkan wanita masuk masjid. Diantara alasannya,
Dalil pertama: Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari, bahwa di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang wanita berkulit hitam yang tinggal di masjid. Sementara, tidak terdapat keterangan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan wanita ini untuk meninggalkan masjid ketika masa haidnya tiba.
Dalil kedua: Ketika melaksanakan haji, Aisyah mengalami haid. Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan beliau untuk melakukan kegiatan apa pun, sebagaimana yang dilakukan jamaah haji, selain tawaf di Ka’bah. Sisi pengambilan dalil: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya melarang Aisyah untuk tawaf di Ka’bah dan tidak melarang Aisyah untuk masuk masjid. Riwayat ini disebutkan dalam Shahih Bukhari.
Dalil ketiga: Disebutkan dalam Sunan Sa’id bin Manshur, dengan sanad yang sahih, bahwa seorang tabi’in, Atha bin Yasar, berkata, “Saya melihat beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk-duduk di masjid, sementara ada di antara mereka yang junub. Namun, sebelumnya, mereka berwudhu.” Sisi pemahaman dalil: Ulama meng-qiyas-kan (qiyas:analogi) bahwa status junub sama dengan status haid; sama-sama hadats besar.
Dalil keempat: Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya, “Ambilkan sajadah untukku di masjid!” Aisyah mengatakan, “Saya sedang haid.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya, haidmu tidak berada di tanganmu.” (HR. Muslim). Sebagian ulama menjadikan hadis ini sebagai dalil tentang bolehnya wanita haid masuk masjid.
Imam al-Albani pernah ditanya tentang hukum mengikuti kajian di masjid bagi wanita haid. Jawaban beliau,
نعم يجوز لهن ذلك ، لأن الحيض لا يمنع امرأة من حضور مجالس العلم ، ولو كانت في المساجد ، لأن دخول المرأة المسجد ، في الوقت الذي لا يوجد دليل يمنع منه
Ya, mereka boleh kajian di sana. Karena haid tidak menghalangi wanita untuk menghadiri majlis ilmu, meskipun di masjid. Karena masuknya wanita ke dalam masjid di satu waktu, tidak ada dalil yang melarangnya. (Silsilah Huda wa an-Nur, volume: 623).
Allahu a’lam.
Sumber : konsultasisyariah.com
Bismillah...
Mengapa Lelaki Haram Memakai Perhiasan Emas..?
islampos.com—
DARI Abi Musa ra. bahwa Rasulullah saw bersabda,
”Telah diharamkan memakai sutera dan emas bagi laki-laki dari umatku dan dihalalkan bagi wanitany,.” (HR Turmuzi dengan sanad hasan shahih).
1400 tahun yang lalu, setiap kali perintah Allah swt turun melalui Rasulnya, para sahabat tak pernah bertanya dan langsung melakukannya ketika itu juga. Hampir jarang ada penjelasan ilmiah. Dan biasanya kemudian, pada beberapa ratus tahun lagi tersingkap kebenaran misteri dalam berbagai perintah Rasul itu. Begitu pula dengan larangan laki-laki yang memakai perhiasan terbuat dari emas.
Secara medis, inilah fakta kenapa hal itu berlaku dalam Islam. Para ahli fisika telah menyimpulkan bahwa atom pada emas mampu menembus ke dalam kulit dan masuk ke dalam darah manusia. Dan jika pria mengenakan emas dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu yang lama, maka dampak yang ditimbulkan yaitu di dalam darah dan urine akan mengandung atom emas dalam prosentase yang melebihi batas (diikenal dengan sebutan ” Migrasi Emas “).
Dan apabila ini terjadi, maka akan mengakibatkan penyakit Alzheimer. Alzheimer adalah suatu penyakit dimana orang tersebut kehilangan semua kemampuan mental dan fisik serta menyebabkan kembali seperti anak kecil. Alzheimer bukan penuaan normal, tetapi merupakan penuaan paksaan atau terpaksa.
Dan mengapa Islam membolehkan wanita untuk mengenakan emas ? Wanita tidak menderita masalah ini karena setiap bulan, partikel berbahaya tersebut keluar dari tubuh wanita melalui menstruasi.
Mahabesar Allah.
[islampos/ahmad dhilal nasrulllah]
Bagaimana Bershalawat Yang Benar Kepada Rasulullah SAW?
“Barangsiapa yang mengucapkan sholawat kepadaku satu kali, maka
Allah mengucapkan sholawat kepadanya 10 kali.” (HR. Muslim no. 408)
BERSHOLAWAT kepada Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu ibadah
yang sangat agung. Ia termasuk dalam amalan-amalan ringan yang sangat
besar pahala dan keutamaannya. Seorang muslim yang setia dan mencintai
Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan baik dan benar akan senantiasa
memperbanyak sholawat dan salam kepada beliau sesuai dengan bacaan yang
diajarkan dan dicontohkan oleh beliau.
Nah, bagaimana cara bershalawat yang benar kepada Nabi?
Pertama: Nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yang ketika nama tersebut disebut maka kita dianjurkan untuk membaca
salawat, adalah semua nama dan gelar beliau, termasuk kun-yah beliau
(nama lain yang diawali dengan “Abu” atau “Ummu”). Seperti: Nabi, Rasul,
Rasulullah, Muhammad, Abul Qasim (kun-yah beliau), Nabiyullah, atau yang lainnya.
Kedua: Cara salawat yang benar adalah dengan mengikuti cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ada beberapa keadaan yang menyebabkan bersalawat menjadi wajib atau sunnah, di antaranya:
a. Ketika tasyahud akhir: wajib untuk bersalawat.
b. Ketika dalam majelis (berkumpulnya beberapa orang untuk mengobrol): wajib untuk bersalawat, menurut sebagian ulama.
c. Ketika hari Jumat: dianjurkan memperbanyak salawat.
d. Seusai mendengar azan: dianjurkan untuk bersalawat.
e. Ketika berdoa: dianjurkan untuk mengawalinya atau mengakhirinya dengan salawat.
Ketiga: Lafal salawat, yang paling ringkas dan sesuai
sunnah, disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, “Dari Ka’ab
bin Ujrah radhiallahu ‘anhu, bahwa para sahabat pernah bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, kami telah memahami tata cara memberi salam kepada Anda,
lalu bagaimana cara memberi salawat kepada Anda?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ucapkanlah,
a. Salawat ini disebut dengan “salawat ibrahimiyah”.
b. Ini adalah salawat terbaik karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengajarkannya sendiri kepada para sahabat.
Allahu a’lam.
[konsultasi syariah]
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga
seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya,” (Bukhari (no. 4998 dan
5659).
Islampos.com—DALAM hampir semua hadist Nabi dan dalil Al-Quran, yang
selalu disebut adalah anak yatim, tidak anak piatu. Siapakah yang
dimaksud dengan anak yatim? Apakah perbedaan antara anak yatim dan anak
piatu? Lalu bagaimana dengan anak yatim-piatu?
Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab. Dari fi’il madli
“yatama” mudlori’ “yaitamu” dab mashdar ” yatmu” yang berarti : sedih.
Atau bermakana : sendiri.
Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan anak yatim adalah
anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh. Batas seorang
anak disebut yatim adalah ketika anak tersebut telah baligh dan dewasa,
berdasarkan sebuah hadits yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah
menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan,
salah satunya tentang batasan seorang disebut yatim, Ibnu Abbas
menjawab:
Dan kamu bertanya kepada saya tentang anak yatim, kapan terputus
predikat yatim itu, sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh
dan menjadi dewasa
Sedangkan kata piatu bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dalam
bahasa Indonesia dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh
Ibunya, dan anak yatim-piatu : anak yang ditinggal mati oleh kedua orang
tuanya.
Didalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi
anak-anak yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam
memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka,
berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai
dewasa.
Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang
yang benar-benar menjalankan perintah ini. Secara psikologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau
ibu kandungnya pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih
karena kehilangan salah se-orang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang
yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan
menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu
menimpa anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak
mengerti tentang hidup dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan
buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh Bapak atau Ibunya untuk
selama-lamanya.
Betapa agungnya ajaran Islam, ajaran yang universal ini menempatkan
anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk
menyayangi mereka dan melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan
hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang hal ini. Dalam surat
Al-Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:
.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin, “
(QS. Al-ma’un : 1-3)
Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan
kepada fakir miskin, dicap sebagai pendusta Agama yang ancamannya
berupa api neraka. Dalam ayat lain, Allah juga berfirman : “Maka
terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap pengemis janganlah menghardik,” (QS. Ad-Dhuha : 9 – 10)
Sedangkan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang keutamaan
mengurus anak yatim diantaranya sabda beliau : “Aku dan pengasuh anak
yatim berada di Surga seperti ini.” Beliau memberi isyarat dengan jari
telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit merengganggangkan kedua
jarinya.
Dan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda : Dari Ibnu
Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda : “Barang siapa yang memberi makan
dan minum seorang anak yatim diantara kaum muslimin, maka Allah akan
memasukkannya kedalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak
diampuni.”
Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a. hadits
yang berbunyi : Dari Abu Hurairoh, bahwa seorang laki-laki mengadu
kepada Nabi saw akan hatinya yang keras, lalu Nabi berkata: “Usaplah
kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.”
Dan hadits dari Abu Umamah yang berbunyi : Dari Abu Umamah dari Nabi
saw berkata: “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau
perempuan karena Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap
dengan tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat
baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah
aku bersama dia disurga seperti ini, beliau mensejajarkan dua jari-nya.”
Demikianlah, ajaran Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada
anak yatim dengan memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat baik dan
memuliakan mereka. . Kemudian memberi balasan pahala yang besar bagi
yang benar-benar menjalankannya, disamping mengancam orang-orang yang
apatis akan nasib meraka apalagi semena-mena terhadap harta mereka.
Ajaran yang mempunyai nilai sosial tinggi ini, hanya ada didalam Islam.
Bukan hanya slogan dan isapan jempol belaka, tapi dipraktekkan oleh para
Sahabat Nabi dan kaum muslimin sampai saat ini. Bahkan pada jaman Nabi
saw dan para Sahabatnya, anak-anak yatim diperlakukan sangat istimewa,
kepentingan mereka diutamakan dari pada kepentingan pribadi atau
keluarga sendiri. Gambaran tentang hal ini, diantaranya dapat kita lihat
dari hadits berikut ini :
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : ketika Allah Azza wa jalla menurunkan
ayat “janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang
hak” dan “sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan
dzolim” ayat ini berangkat dari keadaan orang-orang yang mengasuh anak
yatim, dimana mereka memisahkan makanan mereka dan makanan anak itu,
minuman mereka dan minuman anak itu, mereka mengutamakan makanan anak
itu dari pada diri mereka, makanan anak itu diasingkan disuatu tempat
sampai dimakannya atau menjadi basi, hal itu sangat berat bagi mereka
kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah saw. Lalu Allah menurunkan
ayat “dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim.
katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik, dan jika kalian
bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu” kemudian
orang-orang itu menyatukan makanan mereka dengan anak yatim.
[islampos/berbagai sumber]