Romantis itu...
Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri
terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan
suaminya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.
Romantis itu…
Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu
sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak
ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi
pemenang; lebih baik dari dunia seisinya.
Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik
mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang… kami lebih
siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal”
Romantis itu…
Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di
waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup
dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati
kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan
perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah
perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”
Romantis itu…
Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi
istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari
lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak
pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya,
“Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”
Romantis itu…
Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera
pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri
merindukan belahan jiwanya tiba.
Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.
Romantis itu…
Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan
bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di
pundak mendadak menghilang, terbang.
Romantis itu…
Ketika
syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menu sederhana, nikmat
begitu terasa, keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.
Romantis itu…
Ketika suami istri kompak mengajar anak mengaji. Meski telah ada TPQ,
sang ayah dan sang ibu tidak berlepas diri dari tanggung jawab mencetak
generasi Rabbani. Kelak, merekalah yang mendoakan sang orang tua, saat
perpisahan selamanya telah tiba masanya.
Romantis itu…
Ketika
sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah. Untuk mengaji, atau
aktifitas dakwah.Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya,
juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya...,
بارك الله فيكم
Diposting oleh
Shinta Nusi
0 komentar:
Posting Komentar