Bismillah
☞ salahnya istri belum tentu kekurangan istri | bisa jadi suami yang lalai membimbing
☞ bila istri bermaksiat itu tanggungan suaminya, karena dia pemimpin | bila suami bermaksiat maka itu tanggungannya, karena dia pemimpin
☞ ada suami bermaksiat lalu salahkan istrinya | bahwa maksiatnya terjadi
karena kesalahan istrinya | bagi saya sikap begitu kekanak-kanakan
☞ "aku bermaksiat diluar karena tidak menemukan ketenangan dirumah" | bukannya tugasmu memandu istrimu agar dapat menenangkanmu?
☞ "aku berselingkuh karena dirumah istri ngomel melulu" | diomelin lalu
selingkuh atau selingkuh lalu diomelin? alasan lagi, lagi alasan
☞ tiada istri yang sempurna | itulah Rasul ajarkan cara "menundukkan
istri" | yaitu dengan ketaatan, kesabaran, bimbingan dan kasih sayang
☞ penuhi hak badan dan penuhi hak pengajaran baginya dengan cinta | istri
mana yang tidak membalasnya dengan cinta yang lebih nyata?
☞ tuntun istri untuk menaati dan mematuhi Allah dan Rasul-Nya | agar dia
bisa taat dan patuh pada suami karena Allah dan Rasul-Nya
☞ boleh jadi ada banyak kebaikan lain pada istrimu | namun luput dari pandanganmu | karena engkau lalai mengajarinya taat
☞ istri tidak selalu salah, suami tidak selalu benar | namun selama suami
benar, insyaAllah istri mengikuti | karena suami itu pemimpin
✿Lebih lengkapnya....Seuntai Nasehat Untuk-ku dan untuk-Mu...Saudariku Muslimah✿
Hijabku adalah kehormatanku, tanpa hijab itu
maka kehormatan itu tidak ada padaku, aku laksana telanjang meski aku
telah memakai pakaian, meski telah berjilbab gaul, sama saja tetap
telanjang tanpa hijabku yang syar'iy.
Hijabku bukanlah tontonan, bukan barang yang akan aku pamerkan, maka
hijabku itu tidak bermotif-motif atau bergaya-gaya agar terlihat modis
dan menawan, hijabku itu menyembunyikan diriku dari pandangan manusia,
bukan malah menarik perhatian mereka, hijabku melindungi aku dari bahaya
dan keburukan pandangan manusia, insyaAllah aku akan selalu aman
dengannya.
Hijabku bukanlah mengikuti trend yang sedang
berkembang, yang hari ini dipakai kemudian besok dilepas, hijabku adalah
ketaatanku kepada Allah Ta'ala, sebagai bukti ketundukan dan cintaku
kepadaNya.
Hijabku bukan barang eksperimen dan kreativitas,
yang didesain begini dan begitu untuk inovasi dalam berhijab, telah ada
suri tauladan yang baik, para ummahatul mu'minin radhiyallahu 'anha
dalam mengenakannya.
Hijabku bukan perhiasan bagiku, yang
kemudian aku berbangga memakainya namun berfoto-foto dan menyebarkan
foto itu ke khalayak ramai, agar dilihat diriku telah berhijab, padahal
aku telah berusaha menutupi diriku, wallahul musta'an.
Hijabku
bukan untuk berbangga diri dengan membentuk segala "geng" hijabers atau
yang lainnya. Meski aku bangga memakainya, itu kebanggaanku sebagai
seorang muslimah.
Hijabku bukanlah tanda eksklusifitas diriku,
aku tetap menjaga pergaulanku dengan tetanggaku dengan pergaulan yang
baik, menyampaikan salam kepada mereka dan membantu jika mereka
membutuhkan aku, dengan hijabku aku memberikan rasa aman kepada mereka
bahwa aku bukanlah penggemar ghibah dan namimah, dengan hijabku aku
berusaha menasihati dan memberikan contoh akan kemuliaan Islam bagi
pemeluknya.
Hijabku bukanlah barang yang menakutkan, bukan
citra kekerasan, namun didalamnya terdapat ketaatan dan keikhlasan dalam
menjalankan perintah Rabb-ku, mutiara yang indah berkilau hanya
ditemukan di dalam cangkang kerang yang gelap di dasar lautan, emas dan
permata hanya di temukan di kedalaman tanah yang gelap gulita.
Dibalik hijab yang tebal dan gelap itu terdapat cinta kepadamu wahai
saudari-saudari ku, cinta karena Allah, maka aku tidak ridha engkau
mengumbar auratmu demi mendapatkan secuil pandangan kagum yang hina dan
penuh syahwat, atau sedikit pujian licik penuh kepalsuan.
Hijabku senantiasa selalu bersamaku ketika aku keluar dari istanaku,
jika memang aku harus keluar dan tidak ada yang mewakili aku, hijabku
memerintahkan kepada semua mata lelaki yang bukan mahramku, agar mereka
mengalihkan pandangan mereka dariku, tundukkan pandangan itu, aku
bukanlah milikmu, bertaqwalah kepada Allah dan berpalinglah dariku.
[Andi Abu Hudzaifah Najwa]
======================
Hijab syar'i itu:
-menutup seluruh aurat,
-lebar, longgar, sederhana,
-tidak tipis/transparan
-warna tidak menggoda
-tidak kelihatan seksi atau menggoda,
-tidak memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh,
-tidak dihias-hias,
-tidak memancing syahwat bagi yang melihat
Semakin dalam pemahamannya, semakin sederhana pula penampilannya..
Karena sungguh hijab itu untuk meraih ridha Allah, bukan decak kagum
khalayak.
==================
syarat hijab syar'i:
Hijab yang benar itu pakaiannya LONGGAR dan LEBAR,
tidak sempit/ketat,
tidak memperlihatkan lekuk tubuh,
tidak terlihat seksi dan menggoda,
tidak transparan (tembus pandang)
BUKAN membungkus KETAT seperti LONTONG,
Sumber : Dokter Muslim
Silahkan dishare jika bermanfaat
============
Mungkin judul diatas aneh, tidak masuk akal dan yang pasti kita akan
bertanya-tanya apakah benar ini terjadi? bagaimana mungkin seorang
penghafal Al Qur’an kesurupan? Bukankah bacaan Al Qur’an yang ia baca
dapat menjadi benteng pelindung dari segala gangguan jin, makhluk halus
atau pun sihir? Kisah ini nyata, bukan rekaan atau karangan saya. Kisah
nyata ini sangat penting untuk kita renungkan dan kita ambil pelajaran
dibalik kejadian ini.
Pada pertengahan tahun 2004, kami beserta tim
ruqyah mengadakan ruqyah massal di salah satu masjid besar di Surabaya.
Setelah sesi ceramah, penjelasan dan tanya jawab selesai, maka
dimulailah sesi terapi massal. Terapi massal in bertujuan agar
masyarakat mengerti bagaimana sebenarnya teknis pelaksaan ruqyah yang
sesuai dengan syari’at Islam.
Ruqyah dimulai…bacaan Al qur’an terus
dikumandangkan dengan nyaring. Saat itulah ada salah satu peserta,
wanita, yang hadir tiba-tiba berteriak-teriak kesakitan saat
mendengarkan ayat-ayat al Qur’an dibacakan. Bahkan reaksinya cukup
keras. Maka beberapa peruqyah mendekati wanita tersebut untuk melakukan
terapi lebih intensif. Beberapa orang yang hadir ternyata mengenali
wanita tersebut dan mereka menyatakan bahwa wanita tersebut adalah
seorang Hafidzoh (Hafal Al Qur’an). Betapa terherannya kami mendengar
penjelasan salah seorang yang hadir tersebut.
Terapi tetap
dilanjutkan dan dengan sedikit keras kami “siksa” jin tersebut dengan
membacakan terus ayat-ayat AlQu’an terutama ayat-ayat tentang azab
neraka. Ditengah terapi dan “siksaan” yang kami lakukan, salah seorang
peruqyah bertanya pada jin yang sedang beraksi tersebut. Bagaimana kamu
bisa masuk dalam tubuhnya, padahal dia hafal Al Qur’an? Jin itu menjawab
melalui lisan wanita tersebut,”saya sudah lama menunggu untuk bisa
masuk dalam tubuhnya, saya masuk dalam tubuh perempuan ini saat dia
minum dengan tangan kiri.”
Subhanalloh…saat itulah semua tertegun.
Maha Benar Alloh dan benar pula sabda Nabi-NYA yang mulia, Muhammad saw.
Bukankah telah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW melarang keras makan dan
minum dengan tangan kiri? Bahkan beliau pernah sangat marah pada salah
satu sahabat yang minum dengan tangan kiri? Mungkin inilah salah satu
hikmah mengapa kita perlu menjalankan setiap ajaran islam, inilah salah
satu hikmah mengapa Islam sangat detail dalam mengatur urusan manusia
bahkan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali, Islam memberikan panduan yang sangat rinci.
Mungkin tidak terlalu penting bagaimana kelanjutan terapinya, yang
jelas terapi tetap dilanjutkan sampai selesai. Ada hal yang jauh lebih
penting untuk kita renungkan dan kita ambil pelajaran dari peristiwa
diatas, diantaranya :
setiap orang bisa dan sangat mungkin bisa diganggu oleh makhluk halus.
setiap ajaran Islam selalu bermanfaat bagi ummatnya, meskipun mungkin kita tidak pernah tahu apa manfaat sebenarnya dari setiap perintah dan ajaran dalam Islam itu.
Setiap perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, dosa, dan kemaksiatan tidak hanya mendatangkan bencana akhirat berupa siksa neraka. Tetapi juga bencana di dunia, berupa musibah dan kesulitan.
Ternyata kekeliruan, dosa yang kita lakukan dapat mendatangkan musibah,
bencana, cobaan dalam kehidupan kita di dunia, meski kita tidak
menyadarinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa
mengevaluasi diri, mungkin gangguan jin, kesurupan, kesulitan hidup yang
menimpa diri kita, musibah yang datang bertubi-tubi, masalah yang
menumpuk dalam pikiran kita, tidak tenangnya kehidupan rumah tangga,
hajat dan doa yang tidak pernah terkabul, mungkin disebabkan kekeliruan,
dosa yang pernah kita lakukan, mungkin kita terlalu sering mengabaikan
perintah-NYA. Dan kita belum pernah bersungguh-sungguh untuk bersimpuh
memohon ampun pada-NYA.
======================
Semoga jadi nasehat yang bermanfaat bagi ana dan bagi kita semua...
Sumber : One Day One Juz
♥..Bismillah..♥
Wahai Saudariku yang mengaku bahwa anda muslimah... ketahuilah bahwa:
✿ Hijab itu adalah kemuliaan, maka wanita manapun yang melepaskan hijab
dari dirinya, maka ia melepaskan kemuliaan dan menggantinya dengan
kehinaan.
✿ Hijab itu adalah kesucian,
maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia
melepaskan kesucian dan menggantinya dengan kekotoran.
✿ Hijab itu
adalah pelindung, maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari
dirinya, maka ia melepaskan perlindungan akan dirinya dan menggantinya
dengan kerusakan kehormatannya.
✿ Hijab itu adalah taqwa, maka wanita
manapun yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia melepaskan ketaqwaan
akan dirinya dan menggantinya dengan kemaksiyatan kepada Robb-nya.
✿ Hijab itu adalah iman, maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari
dirinya, maka ia melepaskan keimanan kepada Robb-nya dan menggantinya
dengan pengingkaran.
✿ Hijab itu adalah rasa malu, maka wanita manapun
yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia menanggalkan rasa malunya
dan menggantinya dengan perbuatan yang memalukan.
✿ Hijab itu adalah
cemburu, maka wanita manapun yang melepaskan hijab dari dirinya, maka ia
telah membuat kerusakan yang besar pada kaumnya.
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Ulama berbeda pendapat tentang hukum membaca shalawat ketika tasyahud awal.
Pendapat pertama, wajib membaca shalawat ketika tasyhud awal.
Ini adalah pendapat kedua Imam As-Syafii sebagaimana yang beliau tegaskan dalam kitab Al-Umm.
Imam As-Syafii bahkan menegaskan, orang yang tidak membaca
shalawat ketika tasyahud awal karena lupa maka dia harus sujud sahwi. (al-Umm, 1/110).
Pendapat ini juga dipilih Ibnu Hubairah Al-Hambali sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Al-Ifshah, Imam Ibnu Baz dalam Fatwa beliau, dan Imam Al-Albani dalam sifat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pendapat kedua, ketika tasyahud awal hanya membaca bacaan tasyahud sampai dua kalimat syahadat dan boleh tidak ditambahi shalawat. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, diantaranya An-Nakhai, As-Sya’bi, Sufyan Ats-Tsauri, dan Ishaq bin Rahuyah. Pendapat ini yang lebih kuat dalam madzhab Syafiiyah, dan pendapat yang dipilih Ibnu Utsaimin.
InsyaaAllah, pendapat kedua inilah yang lebih kuat, karena beberapa pertimbangan,
- Makna zahir dari hadis di atas, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengajarkan bacaan tasyahud, dan bukan shalawat
- Kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk ringan ketika tasyahud awal, sebagaimana keterangan Ibnul Qoyim dalam Zadul Ma’ad (1/232)
- Terdapat hadis yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca tasyahud dalam duduk tasyahud awal dan beliau tidak berdoa.