Sahutan kicauan burung sempurnakan simfoni keindahan pagi. Senyumnya
mengembang tatkala mata kecilnya menyambar mentari yang beranjak dari
peraduannya, bibir mungil itu bergumam tasbih mengungkapkan gelora hati
yang takjub melihat indah ciptaanNya. Jilbab lebar biru muda lengkap
aksesoris pin sebuah majlis ta'lim menyempurnakan penampilan takwanya.
Di pundaknya tercangklung tas hitam besar berisi berbagai peralatan,
mulai dari mukena, buku, peralatan tulis, sikat gigi, dan peralalan MCK
lainnya yang selalu disertakan dalam aktivits hariannya. Tangan kirinya
membopong satu map berisi tumpukan berkas mulai dari program pribadinya
sampai program beberapa organisasi kerohanian, serta bahan-bahan
tarbiyah yang selalu up to date.
Dengan mantap kakinya melangkah, menuruni satu demi satu anak tangga
Dormitory lantai 3 itu. Sinar matanya kuat memancarkan optimis, seolah
ingin melesat mendahului bilangan waktu yang membentang panjang.
Disapanya setiap orang yang berpapasan dengan sapaan khasnya, ”Apa
kabar? Sehat?” Di balik simpul senyumnya berjajar kata-kata yang membuat
hati siapa saja merindunya, ”Saksikanlah bahwa aku adalah seorang
muslimah. Aku ramah, aku menyenangkan, aku teman yang bisa diajak
berbagi, aku teman yang bisa mengusir penatmu, jangan malu-malu mendekat
denganku, ceritakanlah apa saja tentang dirimu! Apakah kau mau curhat
padaku? Percayalah padaku! Apa yang bisa kubantu? Hubungi aku kapan saja
kau mau, aku tak kan pernah merasa terganggu.”
Kepercayaan dirinya begitu tinggi, tak pernah kikuk bergaul dengan siapa
pun. Dalam setiap sendi pergaulan seolah ia berujar, ”Jilbabku mampu
menembus segala peradaban tanpa harus menyimpang batas syar'i." Konsep
dirinya begitu memukau, manajemen waktunya tertata rapi, sehingga (Insya
Allah) tak ada satu detik pun tersiakan.
Aku bangga menjadi muslimah disaat yang lainnya bangga (merasa) menjadi wanita ’modern’.
Aku bangga jilbabku menjuntai ke dada disaat yang lainnya (merasa) bangga mengikuti mode.
Aku bangga (menyibukkan diri) menjadi pengurus kerohanian Islam disaat yang lain lena.
Aku bangga berbuat baik dan mencoba selalu menjadi pusaran-pusaran kebaikan.
Aku tak peduli dengan anggapan sok suci, sok alim, karena aku tahu apa yang kulakukan.
Dan, ketika sebuah tanya melesat di suatu larut malam, ”Apakah engkau
tak lelah?” Dengan jujur kujawab, ”Aku memang lelah, tapi aku suka
melakukannya!”
Namun satu hal pasti, Allah segala tujuan.
Saksikan bahwa aku seorang muslimah!
Diposting oleh
Shinta Nusi
0 komentar:
Posting Komentar