Bismillah....
"Mungkin kau tak tahu di mana rizqimu. Tapi rizqimu
tahu di mana engkau. Dari langit, laut, gunung, & lembah; Rabb
memerintahkannya menujumu.
Allah berjanji menjamin rizqimu. Maka
melalaikan ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah
dijaminNya adalah kekeliruan berganda.
Tugas kita bukan
mengkhawatirkan rizqi atau bermuluk cita memiliki; melainkan menyiapkan
jawaban "Dari Mana" & "Untuk Apa" atas tiap karunia.
Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia; dia alpa bahwa hakikat rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka; tapi apa yang dinikmatinya.
Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya;
demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya mati.
Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada
perbuatan kita. Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu
urusanNya.
Kita bekerja untuk bersyukur, menegakkan taat &
berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah
taruh sekehendakNya.
Bukankah Hajar berlari 7x bolak-balik dari
Shafa ke Marwa; tapi Zam-zam justru terbit di kaki Ismail, bayinya?
Ikhtiar itu laku perbuatan. Rizqi itu kejutan.
Ia kejutan untuk
disyukuri hamba bertaqwa; datang dari arah tak terduga. Tugas kita cuma
menempuh jalan halal; Allah lah yang melimpahkan bekal.
Sekali lagi;
yang terpenting di tiap kali kita meminta & Allah memberi karunia;
jaga sikap saat menjemputnya & jawab soalanNya, "Buat apa?"
Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia; lupa bahwa semua
hanya "hak pakai" yang halalnya akan dihisab & haramnya akan
di'adzab.
Dengan itu kita mohon "Ihdinash Shirathal Mustaqim";
petunjuk ke jalan orang nan diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat
ridhaNya di akhirat. Bukan jalannya orang yg terkutuk apalagi jalan
orang yg tersesat.
Maka segala puji hanya bagi Allah; hanya dengan nikmatNya-lah maka kesempurnaan menjadi paripurna".
Sumber : One Day One Juz
Jalan Keselamatan di Zaman Fitnah
9 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar