Diibaratkan wanita sama dengan buah apel…
“Suatu saat di pagi yang cerah. Angin bertiup tenang. Sinar mentari
lembut menerangi alam.Tapi sayang, itu semua tidak dapat meredam
kegundahan hati sebuah apel yang berada tinggi nun di pucuk. Sejak
seminggu lalu Apel itu sibuk berfikir, kenapa aku tidak dipetik orang?
Padahal… kulitku licin mulus. Warnaku merah bersinar. Siapa yang
melihat pasti meluap-luap seleranya. Pasti mereka terbayang betapa
manisnya rasaku. Tapi… kenapa aku tidak dipetik orang?
Apel tersebut memandang ke bawah. Heran, kenapa manusia lebih memilih
kawan-kawannya yang berada di bawah sana. Bukankah mereka tidak
mendapat udara yang bersih dan cahaya mentari seperti aku yang berada
di puncak ini? Bukankah kawan-kawanku itu banyak yang telah rusak
karena seranggga?
Apel tersebut bingung memikirkan kenapa rekan-rekannya yang telah
banyak tersentuh dan penuh debu menjadi pilihan, bukan dirinya yang
belum tercemar dan dijamah orang. Apa kekurangan diriku?
Perasaan rendah diri mulai merasuk. Makin lama makin kuat, diselangi
rasa kecewa dan bimbang. Murungnya tidak terbendung lagi. Lalu, pada
pagi yang damai dan indah itu, apel tersebut memutuskan menggugurkan
dirinya ke tanah. Ketika sudah berada dibawah, hatinya gembira bukan
kepalang. Sedetik lagi aku akan dipilih manusia. Warna merahku yang
berkilau dan kulitku yang licin mulus ini pasti mencairkan liur mereka.
Sang apel menanti manusia beruntung itu. Sayang sekali, sampai malam
tiba, tiada seorang pun datang mengambilnya. Rasa gembira pun bertukar
menjadi risau dan sedih.
Siang berganti malam, hari berganti minggu. Kasihan..akhirnya apel
tersebut busuk di tanah menjadi makanan ulat dan serangga. Membusuk dan
terinjak-injak manusia.”
Wanita itu ibarat apel. Buah yang tidak berkualitas amat mudah
dipetik, dijamah dan diambil orang. Tapi apel yang berkualitas, tidak
terjangkau dan sulit dijamah orang. Susah dipetik, susah digapai.
Mahkota seorang gadis adalah Keimanan dan ketakwaannya. Apabila hilang
iman dan takwanya, hancurlah pesonanya. Wanita sanggup jatuhkan
martabat tingginya supaya dijamah orang lain.
Wahai wanita shalehah yang tinggi martabatnya… yang terpelihara kehormatan dan izzahnya…
Bersabarlah! Disaat tak ada yang memetik karena ketinggianmu.
Janganlah obral jiwamu hingga kau rela dipetik dan dijamah oleh
siapapun. layaknya seperti apel yang mudah dipetik di pinggir jalan.
Tungulah, Allah pasti mengirimkan orang yang bersedia memetikmu di
ketinggian. Ketinggian yang hanya bisa dipanjat dengan energi keimanan
dan ketakwaaan seseorang.
Ya Allah… Kutahu, betapa banyak “perhiasan dunia terindah ini” mulai
gundah. Gelisah menantikan seseorang. Sepertiga abad penantian kadang
tak cukup mendatangkan satria-satria pemetik apel yang dinantikan.
Wahai zat yang menguasai seluruh makhluk, jangan biarkan wanita-wanita
mulia ini lelah di ketinggian, hingga ia menjatuhkan diri tersungkur
dari kemuliaan. Teguhkan hati mereka. Selamatkan mereka.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya mereka sangat memerlukan suatu
kebaikan yang Engkau turunkan kepada mereka… Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada wanita-wanita shalehah jodoh dan keturunan
sebagai penyenang hati. Wallahu a’lamu bishshawab.
(Ken Ahmad)
Jalan Keselamatan di Zaman Fitnah
10 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar