Bismillah...
1. Hargai isterimu sebagaimana engkau menghargai ibumu, sebab isterimu juga seorang ibu dari anak-anakmu.
2. Jika marah, boleh tidak berbicara dengan isterimu, tapi jangan bertengkar dengannya (membentaknya, mengatainya, memukulnya).
3. Kantung rumah adalah seorang isteri, jika hati isterimu tidak
bahagia, maka seisi rumah akan tampak seperti neraka (tidak ada canda
tawa, manja, perhatian),maka sayangi isterimu agar dia bahagia dan kau
akan merasa seperti disurga.
4. Besar atau kecil gajimu, seorang
isteri tetap ingin diperhatikan. dengan begitu, maka isterimu akan
selalu menyambutmu pulang dengan kasih sayang.
5. 2 orang yang
tinggal 1 atap (menikah) tidak perlu gengsi, bertingkah, siapa menang
siapa kalah. karena keduanya bukan untuk bertanding melainkan teman
hidup selamanya.
6. Di luar banyak wanita idaman melebihi
isterimu,namun mereka mencintaimu atas dasar apa yang kamu punya
sekarang, bukan apa adanya dirimu,saat kamu menemukan masa sulit, maka
wanita tersebut akan meninggalkanmu dan punya pria idaman lain
dibelakangmu.
7. Banyak isteri yang baik,tapi diluar sana banyak
pria yang ingin mempunyai isteri yang baik dan mereka tidak
mendapatkannya. mereka akan menawarkan perlindungan terhadap
isterimu,maka jangan biarkan isterimu meninggalkan rumah karena
kesedihan, sebab ia akan sulit sekali untuk kembali.
8. Ajarkan anak laki-lakimu bagaimana berlaku terhadap ibunya, sehingga kelak mereka tahu bagaimana memperlakukan isterinya.
*) Bila bermanfaat boleh disebarkan!!! Terima kasih.
Romantis itu...
Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri
terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan
suaminya. “Sayang… bangun… saatnya shalat.” Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.
Romantis itu…
Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang…” Lalu
sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak
ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi
pemenang; lebih baik dari dunia seisinya.
Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik
mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang… kami lebih
siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal”
Romantis itu…
Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di
waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup
dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati
kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan
perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah
perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”
Romantis itu…
Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi
istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari
lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di kantin kantorku, tak
pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya,
“Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”
Romantis itu…
Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera
pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri
merindukan belahan jiwanya tiba.
Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai. Bertemu saling mendoakan. Tangan dicium, pipi dikecup bergantian.
Romantis itu…
Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan
bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di
pundak mendadak menghilang, terbang.
Romantis itu…
Ketika
syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menu sederhana, nikmat
begitu terasa, keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.
Romantis itu…
Ketika suami istri kompak mengajar anak mengaji. Meski telah ada TPQ,
sang ayah dan sang ibu tidak berlepas diri dari tanggung jawab mencetak
generasi Rabbani. Kelak, merekalah yang mendoakan sang orang tua, saat
perpisahan selamanya telah tiba masanya.
Romantis itu…
Ketika
sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah. Untuk mengaji, atau
aktifitas dakwah.Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya,
juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya...,
بارك الله فيكم
Bismillah...
Suatu hari...
Seorang anak gadis bertanya kepada ibunya:
“Ibu, ajarkan anakmu ini untuk memilih pasangan hidup?”
Si ibu tersenyum, dan dengan bijak menjawab,
“Anakku , jangan kau
menikahi seorang lelaki hanya Karena ketampanannya, kelak akan kecewa,
Karena ia pasti akan tua. Nak, jangan pula memilihnya hanya dia
dikagumi banyak wanita, Karena kau belum tahu apa kekurangannya. Tidak
pula Karena kekayaan atau Karena nasabnya, Karena kekayaan tidak pernah
kekal, nasab tidak menjamin kemuliaan dirinya.”
“Nak, pilihlah si dia Karena akhlaknya yang mulia.
Pilihlah dia Karena imannya.
“Bu, bagaimana ingin tahu dirinya akan membuatku bahagia, padahal belum
tentu dia kaya, tampan, terkenal?” Tanya sang anak lagi.
“Nak,
ketampanan dan kecantikan ada pada hati yang merasa. Kaya ada pada hati
yang Qonaah. Terkenal di hadapan manusia belum tentu mulia di
hadapan-Nya.”
“Perbaikilah akhlakmu, perbaharuilah niatmu, kuatkan imanmu, perbanyak amalmu…
Lalu jika hari itu tiba…
Terimalah pemuda yang berani melamarmu. Setidak-tidaknya dia berniat
baik kepadamu, bukan menggodamu. Namun Karena keinginannya menjaga
kesucian cinta. Kau tentu boleh memilih, namun ingatlah, jika kau
alihkan cintamu pada harta, ketampanan, juga keturunannya, maka kamu
pasti akan kecewa. Kerana boleh jadi itu hanya topeng darinya.”
“Istikharahlah..
Dan.. Jika pilihanmu mantap padanya…
Menikahlah nak, Karena itu adalah sebaik-baik penawar fitnah kau akan
rasakan kebahagiaan Karena memenangkan Allah dalam pilihanmu.
Rasailah cinta bersamanya…
Kelebihannya membuatmu tersenyum bahagia…
Kekurangannya akan menjadi bibit-bibit cinta di antara kalian..
Karena kalian tercipta untuk saling mengisi…
Saling memperbaiki akhlak..
Semangati langkahnya, kukuhkan semangat juangnya.
Harungi bahtera rumah tangga dengan senyum ceria.
Kelak didiklah anak-anakmu untuk menjadi pejuang yang setia pada cinta yang Mulia.
"Barang siapa
menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah
ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR.
Thabrani dan Hakim).
Di samping itu Allah akan melipatkan pahala kita jika kita sudah berumah tangga..
Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik,
daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)” (HR. Ibnu
Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah)